Kamis, 16 April 2015

Bunga Yang Bertebaran

   Dulu, 2 tahun yang lalu ada seorang wanita bertampang polos dengan rona keremajaan-nya memasuki dunia seorang lelaki dolop tetapi soksokan. Wanita dan lelaki itu dengan enjoy dan dengan 'biasa saja' menikmati segala apa yang terjadi. Wanita dan lelaki itu selalu mengisi waktu, menghabiskan waktu berdua. Ya, hanya berdua saja. Satu sama lain alias berganti- ganti mereka menceritakan segala hal yang layak untuk diceritakan dan juga menarik untuk diceritakan. Setiap malam, dibalik handphone butut si lelaki  selalu terngiang suara manis si wanita, dibalik handphone butut si lelaki itu juga cerita- cerita menarik dari si wanita masuk menyusuri kedalaman kepala si lelaki hingga akhirnya si lelaki dengan lagaknya yang konyol terkekeh- kekeh mendangarkan cerita- cerita yang dilontarkan oleh sang wanita 'berparuh dara'. Dibalik handphone butut si lelaki itu juga sesuatu yang abstrak menyentuh organ tubuh si lelaki. Sesuatu yang abstrak tersebut menyentuh organ tubuh sang lelaki dengan lembut  dan juga dengan 'perasaan'. Karena sesuatu yang abstrak tersebut si lelaki menjadi sangat peduli dengan wanita itu. Hingga beberapa waktu terlewati dan sesuatu yang abstrak tersebut semakin lama semakin menjadi- jadi dan si wanita itu semakin lama semakin membuat sang lelaki senang dan bahkan bisa dikatakan bahagia. Tetapi... Waktu tak selalu memberi kejadian yang seperti itu itu saja, secara otomatis atau secara sadar atau tidak dengan tenangnya waktu merubah kejadian itu.
Dilain waktu setelah sesuatu yang abstrak tersebut memasuki organ tubuh si lelaki dan juga si wanita, tanpa sengaja sifat egois si lelaki membuat suasana kacau balau. Secara sengaja tanpa kesadaran si lelaki tersebut membuat si wanita menangis, si lelaki membuat si wanita sedih, si lelaki membuat si wanita merasakan ketidakenakan. Byar! Semua kacau balau, beberapa hari si lelaki tak mendapat kabar dari si wanita. Si lelaki sadar kalau si wanita sedang marah besar dan si lelaki pun tahu kalau wanitanya sedih karena perbuatannya. Dan si lelaki juga sadar kalau semua itu ialah kesalahannya. Maka dari itu dengan rasa yang berbeda, lelaki itu memohon mohon maaf atas kesalahannya ke si wanita. Saat itu, saat si lelaki meminta maaf, dengan suara yang lirih dan raut wajah kekecawaan si wanita berkata: "Kapan kamu akan berhenti seperti itu?"
Si lelaki pun tertegun, dengan  lembut si lelaki menjawab: "Detik ini aku akan."
Setelah itu si lelaki bercerita tentang kehidupan dirinya saat si wanita dengan sadar membiarkan dirinya sendiri beberapa hari.
Si wanita mendengarkan dengan rasa iba. Namun ke-iba-annya itu hanya terjadi sementara, karena setelah itu si wanita menyikapi si lelaki itu dengan power abstrak yang sudah ada dalam organ tubuh lelaki itu. Setelah itu mereka pun baikan, mereka pun menulis pada lembar baru yang masih putih bersih dengan tinta kebahagian dan warna- warna menyenangkan. Waktu pun membaik.
Sang lelaki sedih sedih namun sangat bahagia saat mengingat wanitanya menangis beberapa waktu tersebut. Melihat si wanita menangis sesuatu yang abstrak pun semakin berkuasa didalam dirinya sesuatu yang abstrak pun semakin meraja didalam hatinya. Dirinya, jiwanya, rasa yang dirasakannya, hidupnya, segala tentang si lelaki seolah seperti dipenuhi bunga dipenuhi dengan warna- warna yang sangat beragam bentuknya dan memicu kebahagian yang secara sadar bahkan tidak sadar benar- benar menjadi power untuk segala perputaran kehidupannya. Intinya lelaki tersebut benar- benar bahagia bisa selalu menghabiskan waktu dengan si wanita, si lelaki sangat bahagia karena di dunia ini ada wanita tersebut.
Dan... namun masih selalu ada perubahan yang sebenarnya tidak disukai, perubahan tersebut memicu dan memunculkan, menetaskan sebuah air mata dan rasa kesedihan. Tanpa kesadaran dan pemikiran yang matang dari si lelaki, dia memarahi si wanita, dia membentak si wanita, dia mengasari si wanita, dia memunculkan beberapa hal yang tak seharusnya tak ia munculkan kedalam hidup si wanita. Karena emosi yang tak terkendalikan, ia pun memutuskan hubungan dengan si wanitanya melalui kata- kata yang ia kirim melalui handphone alias melalui SMS. Wanitanya pun tanpa tangisan dan sepertinya tak memperlihatkan rasa sedihnya, wanita tersebut langsung meng-iya-kan keputusan si lelaki. Menyadari hal tersebut si lelaki langsung tertegun heran, ia kaget, ia shock, ia kacau. Tak habis pikir, wanita yang menurutnya mencintai dirinya, menyanyangi dirinya dengan gampang meng-iya-kan keputusannya. Padahal sebenarnya ia hanya ingin mengetes 'Bagaimana respon si wanita kalau si lelaki mengajaknya putus hubungan'. Saat itu sebenarnya yang salah si wanita, si wanita dua hari penuh tak menghubunginya, tak memberinya kabar, tak mau menemuinya tanpa alasan yang logis. Karena itulah ia mengajaknya putus hubungan. Dan karena itulah ia menangis menyesal karena telah memutuskan hubungannya. Saat itu saat setelah wanita dengan gampang meng-iya-kan ajakan putus hubungan, si lelaki langsung menelfonnya untuk bertanya kenapa si wanita dengan gampang meng-iya-kan keputusannya. Ia menangis dan lalu? Beberapa pertanyaan yang sebenarnya tak harus ia pikirkan muncul didalam tiap- tiap partikel kepalanya.~~~
Lalu.....?